
Kata hooligans sering kali terdengar, terutama di kalangan para penggemar sepak bola atau mereka yang memiliki minat mendalam terhadap budaya Inggris. Meski demikian, bagi sebagian besar masyarakat umum, istilah ini mungkin masih menyisakan sejumlah pertanyaan dan rasa ingin tahu tentang makna dan asal-usulnya.
Istilah hooligans mulai mendapatkan popularitas seiring dengan tren yang semakin berkembang di berbagai platform media sosial. Salah satu kalimat yang sering kali muncul adalah “Hooligans No Face No Name,” yang biasanya digunakan dalam konteks ketika seseorang tidak dapat atau memilih untuk tidak membagikan foto bersama anggota keluarganya ke publik. Hal ini menjadi simbol tertentu yang merepresentasikan privasi atau anonimitas.
Sejak saat itu, istilah hooligans mulai dikenal luas dan menjadi topik yang menarik perhatian banyak orang. Meskipun demikian, masih terdapat sebagian besar masyarakat yang belum sepenuhnya memahami arti mendalam dari kata tersebut, sehingga memicu rasa penasaran yang semakin besar di kalangan mereka.

Menurut Kamus Oxford, hooligan merujuk pada sekelompok pemuda yang memiliki perilaku kasar, sering bertindak agresif, dan kerap menciptakan kerusuhan di berbagai tempat. Biasanya, mereka tergabung dalam sebuah geng atau kelompok tertentu yang memiliki kecenderungan untuk melanggar norma sosial. Sementara itu, menurut Kamus Cambridge, hooligan diartikan sebagai seseorang yang bertindak dengan kekasaran, sering terlibat dalam perkelahian, serta memiliki kebiasaan merusak properti atau fasilitas umum di lingkungan sekitarnya.
Tentang sejarah istilah ini, menurut Urban Dictionary dan Online Etymology Dictionary, asal-usulnya berhubungan dengan sebuah keluarga Irlandia-Inggris bernama Hoolihans. Keluarga ini dikenal memiliki reputasi sebagai pembuat keributan dan sering terlibat dalam berbagai insiden yang menarik perhatian masyarakat. Nama keluarga Hoolihans kemudian mulai dikenal secara luas melalui pemberitaan di berbagai surat kabar di Inggris, yang semakin memperkuat asosiasi mereka dengan perilaku tersebut.
Namun, pada waktu itu, pemberitaan secara keliru menuliskan nama Hoolihans sebagai Hooligans. Kesalahan ini kemudian menjadi titik awal di mana istilah hooligans mulai dikenal secara luas oleh masyarakat dan semakin sering digunakan. Istilah tersebut akhirnya melekat untuk menggambarkan sekelompok orang yang terkenal agresif, penuh bahaya, bertindak brutal, bersikap kasar, serta kerap kali terlibat dalam berbagai tindak kejahatan serius yang mengganggu ketertiban umum.

Pada tahun 1894, istilah tersebut untuk pertama kalinya muncul di media cetak dan menarik perhatian publik. Sebuah headline koran kala itu membahas tentang sekelompok pemuda yang tinggal di daerah Lambeth, London, yang menamai diri mereka sebagai Hooligan Boys. Kelompok ini menjadi sorotan karena perilaku mereka yang dianggap mengganggu ketertiban. Sejak diperkenalkan dalam pemberitaan tersebut, kata hooligans semakin dikenal luas oleh masyarakat dan terus digunakan dalam berbagai konteks hingga saat ini, menggambarkan perilaku kasar atau tidak tertib.
Namun, makna hooligans saat ini telah mengalami perubahan yang cukup signifikan, lebih sering digunakan untuk merujuk pada sekelompok anak muda yang biasanya bergabung dalam suatu komunitas informal. Mereka kerap kali terlibat dalam berbagai tindakan yang berhubungan dengan vandalisme, perusakan fasilitas umum, atau perilaku lainnya yang dianggap meresahkan masyarakat di sekitar mereka.
Menurut World Wide Words, hooliganisme mencakup berbagai tindakan, seperti perkelahian atau kerusuhan, yang dapat mengganggu ketertiban umum serta merugikan kepentingan masyarakat luas. Dalam perkembangannya saat ini, istilah tersebut lebih banyak digunakan untuk merujuk pada perilaku buruk yang biasanya terjadi di lingkungan dunia olahraga, khususnya yang melibatkan para penggemar fanatik.

Dalam dunia sepak bola dan berbagai cabang olahraga lainnya di Inggris, istilah hooligans digunakan untuk menggambarkan para pendukung yang kerap menunjukkan perilaku kasar, agresif, serta tidak pantas. Mereka sering kali terlibat dalam tindakan yang mengganggu ketertiban umum, menciptakan kekacauan, atau bahkan memicu kerusuhan di dalam maupun di luar arena pertandingan.